Secara tiba-tiba Presiden Barack Obama mengumumkan berakhirnya perang di Irak. Pengumuman Obama itu, menimbulkan reaksi dikalangan internal pemerintahan Obama, termasuk Menteri Pertahanan Leon Panetta, yang menilai terlalu cepat pengumuman itu. Tetapi, diakui oleh Panetta, keputusan politik Obama itu, terkait pemotongan anggaran bagi Pentagon, yang sangat signifikan, yang bertujuan mengurangi defisit anggaran.
Pemerintahan Irak yang dipimpin Al-Maliki dibawah pengaruh Syiah, yang dipimpin Muqtada al-Sadr, dan memperlihatkan sikapnya tidak bersahabat dengan Amerika Serikat. Jadi invasi Amerika Serikat ke Irak, yang banyak menimbulkan korban, tidak menghasilkan tujuan yang ingin dicapai oleh Amerika Serikat. Justru Amerika Serikat kehilangan hegemoni diwilayah itu.
Perlahan-lahan Amerika Serikat mulai kehilangan pengaruh dan hegemoninya di dunia Arab. Pengaruh Amerika Serikat dikawasan itu terus memudar. Tidak memiliki pengaruh signifikan lagi. Ini bersamaan dengan perubahan politik yang luas di dunia Arab dan Afrika Utara. Di mana sejak berlangsungnya revolusi yang mula-mula terjadi di Tunia, Februari lalu, dan terus menjalar ke seluruh dunia Arab dan Afrika Utara.
Revolusi di dunia Arab dan Afrika Utara itu, menimbulkan dampak yang luas, terutama terjadinya sirkulasi kekuasaan. Pergantian dari rezim sebelumnya kepada pemerintahan baru, yang berbeda coraknya.
Sekarang rezim-rezim diktator yang selama ini menjadi perpanjangan tangan dari kepentingan Barat, satu-satu berguguran. Digantikan rezim yang baru melalui proses pemilihan. Seperti yang terjadi di Tunisia.
Masalahnya, pemerintahan yang baru, bukan lagi rezim-rezim yang diktator, dan memerintah dengan satu tangan. Tetapi, rezim baru bercorak demokratis, dan mengakomodasi banyak kepentingan, serta tidak lagi sistem pengambilan keputusan ada di satu tangan.
Selain itu, corak pemerintahan baru di dunia Arab dan Afrika Utara itu, memiliki warna ideologi berbeda dengan rezim sebelumnya. Seperti sekarang terjadi di Tunisia dan Libya, kemungkinan Mesir. Di mana kaum Islamis memenangkan pemilihan. Mereka belum tentu dapat menjadi perpanjangan tangan bagi kepentingan Barat. Apalagi, Barat selama ini, terlalu memanjakan Israel. Menjadikan rezim baru di dunia Arab dan Afrika Utara, yang sudah berubah itu, kemungkinan sangat apriori terhadap Barat.
Meskipun, serangkaian langkah yang dijalankan oleh kebijakan Amerika Serikat dan Eropa, mencoba memanfaatkan dengan mendukung gerakan revolusi dan protes di dunia Arab dan Afrika Utara itu, sebagai sebuah siasat, agar mereka tetap mempunyai pengaruh dengan rezim baru, khususnya bercorak Islam.
Lebih-lebih rakyat di dunia Arab dan Afrika Utara, sudah sangat trauma dengan peranan Amerika Serikat dan Eropa, terus-menerus mendukung rezim-rezim diktator dalam kurun waktu sangat panjang. Zine Al Abidin ben Alli, Mubarak, Ali Abdullah Saleh, Gaddafi, Raja Abdulah (Saudi), Raja Abdullah (Jordania), mereka adalah rezim sangat repressif dan menjadi perpanjangan tangan Barat.
Sekarang, seperti langkah-langkah Turki mengusir Duta Besar Israel dari Ankara, dan memutuskan semua tingkat hubungan bilateral dengan Israel itu, menunjukkan bahwa pengaruh Israel dan Amerika sudah menurun. Langkah Turki memberikan inspirasi terhadap dunia Arab dan Afrika Utara, dan mereka ingin lebih bersikap independen.
Bagaimana ketika di Tunisia yang memenangkan pemilihan Partai Islam An-Nahdhah, di Mesir yang memenangkan Partai Keadilan dan Kebebasan, dan Libya menjadi negara Islam, seperti yang dinyatakan oleh Ketua Dewan Transisi Nasional, Mustafa Abdul Jalil? Kemudian, di Yaman, Ali Abdullah Saleh juga tersingkir, dan digantikan kekuatan Islam, seperti Partai Ishlah? Kekuatan Islam di Syria yang dipelopori Gerakan Islam (Sunni), terutama yang menjadi lawan politik rezim Alawiyyin (Shia), semakin menampakkan pengaruhnya. Ini semua akan berdampak terhadap hegemoni Amerika Serikat.
Perubahan di dunia Arab dan Afrika Utara itu, tidak hanya berdampak terhadap hilangnya hegemoni Amerika Serikat, tetapi juga "warning" bagi Israel, seperti yang dikemukakan oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, yang mengatakan, bahwa Israel akan semakin terisolasi, jika Israel tidak segera mengambil langkah menuju perdamaian.
"Israel tidak akan survive menghadapi gelombang perubahan di dunia Arab dan kebangkitan Islam", ujar Leon Panetta.
Aksi penyerbuan Kedutaan Israel di Cairo, Mesir, yang begitu hebat, dan kemudian membakar sebagian gedung itu, menandai atmoshfir (suhu) politik di duni Arab sedang berubah. Ini dampaknya akan semakin memojokkan posisi Amerika Serikat dalam percaturan politik di kawasan itu.
Apalagi, pemerintahan baru, yang lahir, sangat berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, yang lebih bercorak Islam, dan semakin beragam dalam sistem pengambilan keputusan nantinya.
Amerika Serikat dan sekutunya Israel, harus mempertimbangkan kembali posisinya di tengah-tengah dunia Arab yang sudah berubah, jika masih ingin mempunyai mitra dengan rakyat dan gerakan-gerakan Islam di dunia Arab dan Afrika Utara. Wallahu'alam.
Sumber: http://www.eramuslim.com
No comments:
Post a Comment