Saturday, August 2, 2014

Paralisa Bell : Kelemahan Wajah Pada Satu Sisi


Paralisa Bell adalah penyakit pada saraf otak ketujuh yang mengakibatkan kelemahan unilateral wajah atau kelumpuhan. Perkembangan penyakit ini sangat cepat.

Meskipun menyerang segala usia, penyakit ini umumnya ditemukan pada orang berusia di bawah 60 tahun. 80% sampai 90% penderita bisa sembuh secara spontan dalam tempo 1 sampai 8 minggu, meskipun penyembuhan dapat tertunda pada orang berusia lebih tua.

Bila penyembuhan hanya sebagian, kontraksi dapat berkembang sebagai kelumpuhan pada sebagian sisi wajah. Paralisa Bell dapat terjadi lagi, pada tempat yang sama atau sisi yang berlainan pada wajah.

PENYEBAB

Paralisa Bell menghambat susunan saraf otak ketujuh yang bertanggung jawab sebagai saluran saraf ke otot wajah.

Saraf terhambat karena adanya reaksi infeksi (biasanya pada lubang telinga bagian dalam) yang sering dikaitkan dengan infeksi dan dihasilkan sebagai akibat dari pendarahan di dalam, tumor, meningitis atau trauma lokal.

GEJALA

Paralisa Bell disebabkan oleh kelemahan wajah pada satu sisi, kadang-kadang dengan rasa sakit di sekitar sudut rahang bawah atau di belakang kuping. Pada sisi yang terserang, mulut terkulai (menyebabkan penderita terkulai juga pada sudut mulutnya) dan pengindraan rasa juga terganggu pada bagian lidah depan.

Selain itu, kening terlihat halus, dan kemampuan penderita untuk menutup mata pada sisi wajah yang terserang sangat terbatas. Saat mencoba menutup mata tersebut, mata bergulir ke atas (disebut fenomena Bell) dan mengakibatkan air mata yang berlebihan.

Meskipun fenomena Bell terjadi pada orang yang normal, fenomena ini tidak terlihat karena mata dapat menutup secara utuh dan menutupi gerakan mata ini. Pada paralisa Bell, tidak utuhnya penutupan mata membuat gerakan ini terlihat sangat jelas.

DIAGNOSA

Diagnosis penyakit ini tergantung pada hasil presentasi klinis penampilan wajah yang terganggu dan ketidakmampuan menaikkan alis, menutup pelupuk mata, tersenyum, menunjukkan gigi, atau menggembungkan pipi.

Setelah 10 hari, pemeriksaan elektromiografi dapat menolong perkiraan tingkat penyembuhan yang diharapkan dengan membedakan kerusakan konduksi sementara dengan infeksi serius pada serat saraf.

PENGOBATAN

Pengobatan terdiri dari Dexamethasone, kortikosteroid oral yang dapat mengurangi pembengkakan saraf wajah dan memperbaiki konduksi saraf dan aliran darah.

Setelah 14 hari terapi Dexamethasone, elektroterapi dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya atrofi otot wajah.

Selama terapi Dexamethasone, penderita dapat mengalami efek sampingan, terutama gangguan saluran pencernaan dan pengambatan cairan.

Bila gangguan saluran pencernaan terjadi minumlah antasid pada saat bersamaan. Cara ini dapat mengurangi gangguan. Bila penderita juga menderita diabetes, Dexamethasone harus digunakan dengan hati-hati dan dengan memonitor kadar gula darah.

No comments:

Post a Comment