Monday, December 23, 2013

Komplikasi Persalinan

KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA

Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah pecahnya selaput berisi cairan ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi.

Dulu, jika terjadi KPSW selalu dilakukan tindakan untuk segera melahirkan bayi guna mencegah infeksi yang bisa terjadi pada bayi maupun ibunya.

Tetapi pendekatan ini sudah tidak perlu dilakukan lagi karena resiko terjadinya infeksi bisa dikurangi dengan mengurangi frekuensi pemeriksaan dalam. 1 kali pemeriksaan dengan bantuan spekulum bisa membantu dokter dalam memastikan pecahnya selaput ketuban, memperkirakan pembukaan serviks (leher rahim) dan mengambil contoh cairan ketubah dari vagina.

Jika hasil analisa cairan ketuban menunjukkan bahwa paru-paru bayi sudah cukup matang, maka dilakukan induksi persalinan (tindakan untuk memulai proses persalinan) dan bayi dilahirkan. Jika paru-paru bayi belum matang, persalinan ditunda sampai paru-paru bayi matang.

Pada 50% kasus, persalinan bisa ditunda hanya dengan melakukan tirah baring dan mendapatkan cairan infus; beberapa kasus lainnya memerlukan obat yang bisa mencegah kontraksi rahim (misalnya magnesium sulfat yang diberikan melalui infus, suntikan atau tablet terbutalin dan kadang diberikan ritodrin melalui infus).

Ibu dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring, tetapi masih diperbolehkan ke kamar mandi. Suhu tubuh dan denyut nadinya diukur 2 kali/hari. Peningkatan suhu tubuh bisa merupakan pertanda terjadinya infeksi.

Jika terjadi infeksi, dilakukan induksi persalinan dan bayi dilahirkan.

Jika cakran ketuban tidak keluar lagi dan kontraksi berhenti, ibu diperbolehkan pulang ke rumah, tetapi tetap menjalani tirah baring dan memeriksakan dirinya 1 kali/minggu.

PERSALINAN PREMATUR

Persalinan Prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu.
Biasanya persalinan terjadi pada saat usia kehamilan mencapai 37-42 minggu.

Persalinan prematur bisa merupakan suatu proses normal yang dimulai terlalu dini atau dipicu oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan ketuban,
Sebagian besar kasus persalinan prematur penyebabnya tidak diketahui secara pasti.

Faktor resiko terjadinya persalinan prematur:
- Pernah mengalami persalinan prematur pada kehamilan terdahulu
- Kehamilan ganda (kembar 2 atau 3)
- Pernah mengalami aborsi
- Memiliki serviks yang abnormal
- Memiliki rahim yang abnormal
- Menjalani pembedahan perut pada saat hamil
- Menderita infeksi berat pada saat hamil
- Pernah mengalami perdarahan pada trimester kedua atau ketiga
- Berat badan kurang dari 50 kg
- Pernah memakai DES (dietilstilbestrol)
- Merokok sigaret atau makakai kokain
- Tidak memeriksakan kehamilan.

Persalinan prematur bisa menyebabkan kelahiran prematur. Jika dilahirkan terlalu dini, serorang bayi bisa mengalami kelainan. Bisa terjadi penyakit yang serius atau kematian karena bayi belum siap untuk hidup mandiri. Oleh karena itu, dokter akan mencoba menghentikan persalinan prematur.

Pada beberapa kasus, jika diketahui akan terjadi persalinan prematur, kelahiran bayi bisa dicegah atau ditunda. Penundaan ini akan memberikan tambahan waktu bagi bayi untuk tumbuh dan berkembang. Bahkan beberapa haripun bisa menghasilkan bayi yang lebih sehat.

Jika perdarahan sulit dihentikan atau jika selaput ketuban telah pecah, maka sulit untuk menghentikan persalinan prematur.

Jika tidak terjadi perdarahan dan selaput ketuban masih ututh, biasanya dianjurkan untuk menjalani tirah baring dan cairan diberikan melalui infus. Tetapi jikapembukaan telah mencapai lebih dari 5 cm, biasanya kontraksi terus terjadi sampai bayi akhirnya lahir.

Magnesium sulfat melalui infus bisa menghentikan kontraksi pada 80% kasus, tetapi memiliki efek samping seperti denyut jantung yang cepat pada ibu, bayi atau keduanya. Bisa juga diberikan suntikan terbutalin.
Setelah persalinan prematur berhasil dihentikan, diberikan kortikosteroid (misalnya betametason) untuk membantu membukan paru-paru bayi dan mengurangi resiko gangguan pernafasan pada bayi setelah dia dilahirkan nanti (sindroma gawat pernafasan pada bayi baru lahir).


KEHAMILAN POST-MATUR & POSTMATURITAS

Kehamilan Post-matur adalah persalinan yang berlangsung sampai lebih dari 42 minggu.
Postmaturitas adalah suatu sindroma dimana plasenta mulai berhenti berfungsi secara normal pada kehamilan post-matur dan hal ini membahayakan janin.

Menentukan apakah kehamilan telah lewat dari 42 minggu tidak selalu mudah, karena saat terjadinya pembuhan tidak selalu dapat ditentukan secara pasti. Kadang saat pembuahan tidak dapat ditentukan karena siklus menstruasi yang tidak teratur.
Pada awal kehamilan bisa dilakukan pemeriksaan USG untuk membantu menentukan usia kehamilan. Pemeriksaan USG berikutnya dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 32 minggu (antara 18-22 minggu) untuk mengukur diameter kepala janin; hal ini bisa membantu memastikan usia kehamilan.

Jika kehamilan berlangsung sampai lebih dari 42 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir, dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui tanda-tanda postmaturitas pada ibu dan janin, yaitu penciutan rahim dan berkurangnya gerakan janin.

Pemeriksaan bisa dimulai pada usia kehamilan 41 minggu, untuk menilai gerakan dan denyut jangung janin serta jumlah cairan ketuban (yang menurun secara drastis pada kehamilan post-matur).

Untuk memperkuat diagnosis postmaturitas, bisa dilakukan amniosentesis (pengambilan dan analisa cairan ketuban). Salah satu tanda dari postmaturitas adalah air ketuban yang berwarna kehijauan yang berasal dari mekonium (tinja fetus yang pertama); hal ini menunjukkan keadaan gawat janin.

Selama hasil pemeriksaan tidak menunjukkan tanda-tanda postmaturitas, maka kehamilan post-matur masih mungkin dilanjutkan. Tetapi jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tanda-tanda postmaturitas, maka segera dilakukan induksi persalinan dan bayi dilahirkan.
Jika serviks belum dapat dilalui oleh janin, maka dilakukan operasi sesar.


TIDAK ADANYA KEMAJUAN DALAM PERSALINAN

Setiap jam seharusnya serviks membukan minimal selebar 1 cm dan kepala janin seharusnya turun ke dalam rongga panggul minimal sebanyak 1 cm. Jika hal tersebut tidak terjadi, mungkin janin terlalu besar untuk melewati jalan lahir dan perlu dilakukan persalinan dengan bantuan forseps atau operasi sesar.

Jika jalan lahir cukup lebar tetapi persalinan tidak maju, maka diberikan oksitosin melalui infus untuk merangsang kontraksi rahim yang lebih kuat.
Jika setelah pemberian oksitosin persalinan tidak juga maju, maka dilakukan operasi sesar.


DENYUT JANTUNG YG ABNORMAL

Selama persalinan, denyut jantung janin dimonitor setiap 15 menit dengan stetoskop janin (fetoskop) atau dimonitor terus dengan pemantau denyut jantung elektronik.
Pemantauan denyut jantung janin merupakan cara yang paling mudah untuk mengetahui adanya gawat janin.

Jika terdengar denyut jantung yang abnormal, dilakukan tindakan korektif, seperti memberikan oksigen kepada ibu, menambah jumlah cairan infus dan meminta ibu untuk berbaring miring ke kiri.
Jika tindakan tersebut tidak berhasil memperbaiki denyut jantung yang abnormal, maka dilakukan persalinan forseps atau operasi sesar.


KELAINAN POSISI JANIN

Yang dimaksud dengan posisi janin di dalam rahim adalah arah yang dihadapi oleh janin, sedangkan letak janin adalah bagian tubuh janin yang terendah.
Kombinasi yang paling sering ditemukan dan paling aman adalah menghadap ke punggung ibu dengan letak kepala, dimana leher tertekuk ke depan, dagu menempel di dada dan kedua lengan melipat di dada.
Jika janin tidak berada dalam posisi atau letak tersebut, maka persalinan bisa menjadi sulit dan mungkin persalinan tidak dapat dilakukan melalui vagina.

KEMBAR

Kehamilan kembar bisa diketahui pada pemeriksaan USG atau dengan pemantau elektronik (dimana akan terdengar 2 denyut jantung yang berbeda).
Kembar menyebabkan rahim sangat teregang dan rahim yang sangat teregang cenderung unuk mulai mengalami kontraksi sebelum kehamilan mencapai usia yang matang. Akibatnya bayi kembar sering dilahirkan secara prematur dan kecil.

Posisi dan letak janin di dalam rahim bisa berlainan, sehingga persalinan bisa menjadi sulit.
Kontraksi rahim setelah lahirnya bayi pertama cenderung menyebabkan terlepasnya plasenta dari bayi kedua. Akibatnya, bayi kedua cenderung mengalami masalah selama persalinan dan memiliki resiko mengalami kelainan dan kematian yang lebih tinggi.

Kadang setelah persalinan, rahim yang terlalu teregang tidak dapat berkontraksi dengan baik sehingga ibu bisa mengalami perdarahan.


DISTOSIA BAHU

Distosia Bahu adalah suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana pada letak kepala, salah satu bahu bayi tersangkut pada tulang kemaluan dan tertahan di dalam jalan lahir.

Segera dilakukan berbagai tindakan untuk membebaskan bahu sehingga bayi bisa dilahirkan melalui vagina.
Jika tindakan tersebut gagal, kadang bayi dapat didorong kembali ke dalam vagina dan dilahirkan melalui operasi sesar.


PROLAPSUS KORDA UMBILIKALIS

Prolapsus Korda Umbilikalis adalah suatu keadaan dimana korda umbilikal (tali pusar) mendahului bayi, yaitu keluar dari jalan lahir.

Pada keadaan ini, jika bayi mulai memasuki jalan lahir, tali pusar akan tertekan sehingga aliran darah ke bayi terhenti.
Prolapsus korda umbilikalis bisa terjadi secara nyata atau tersembunyi.

Pada prolapsus yang nyata, selaput ketuban telah pecah dan tali pusar menonjol ke dalam vagina sebelum bayi turun ke jalan lahir.
Prolapsus yang nyata biasanya terjadi jika bayi berada dalam letak bokong (tetapi bisa juga terjadi pada letak kepala), terutama jika selaput telah pecah sebelum waktunya atau jika janin belum turun ke panggul ibu.

Untuk mencegah terjadinya cedera pada janin akibat terhentinya aliran darah ke janin, maka segera dilakukan persalinan, biasanya melalui operasi sesar.

Pada prolapsus tersembunyi, selaput ketuban tetap ututh dan tali pusar berada di depan janin atau terperangkap di depan bahu janin. Biasanya keadaan ini diketahui melalui denyut jantung janin yang abnormal.
Prolapsus tersembunyi bisa diatasi dengan cara merubah posisi ibu atau mengangkat kepala janin untuk menghilangkan tekanan pada tali pusar. Kadang perlu dilakukan operasi sesar.


EMBOLI CAIRAN KETUBAN

Emboli Cairan Ketuban adalah penyumbatan arteri pulmoner (arteri paru-paru) ibu oleh cairan ketuban.

Suatu emboli adalah suatu massa dari bahan asing yang terdapat di dalam pembuluh darah. Meskipun sangat jarang terjadi, emboli bisa terbentuk dari cairan ketuban.
Emboli ini sampai ke paru-paru ibu dan menyumbat arteri, penyumbatan ini disebut emboli pulmoner.

Emboli pulmoner bisa menyebabkan denyut jantung yang cepat, irama jantung yang tidak teratur, kolaps, syok atau bahkan henti jantung dan kematian.


PERDARAHAN RAHIM

Perdarahan hebat dari rahim setelah persalinan merupakan masalah yang serius. Biasanya selama persalinan ibu kehilangan darah sebanyak 0,5 liter.
Ketika plasenta lepas dari rahim, pembuluh darah rahim terbuka. Kontraksi rahim membantu menutupnya pembuluh darah ini sampai mereka mengalami pemulihan lengkap.

Jika setelah proses persalinan rahim tidak berkontraksi atau jika sejumlah kecil plasenta tertinggal di dalam rahim sehingg rahim tidak dapat berkontraksi, maka darah yang hilang akan lebih banyak.
Robekan pada vagina atau serviks juga bisa menyebabkan perdarahan hebat.


PROSEDUR

Jika selama proses persalinan berlangsung terjadi komplikasi, maka diambil beberapa tindkan sepserti induksi persalinan, persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraktor vakum atau operasi sesar.

Induksi Persalinan

Induksi Persalinan adalah pencetusan persalinan buatan.
Augmentasi persalinan menggunakan teknik dan obat yang sama dengan induksi persalinan, tetapi dilakukan setelah kontraksi dimulai secara spontan.

Biasanya induksi persalinan hanya dilakukan jika ibu memiliki masalah kebidanan atau jika ibu maupun bayinya memiliki masalah medis.
Untuk menentukan kematangan janin secara akurat, sebelum dilakukan induksi, bisa dilakukan amniosentesis.

Pada induksi persalinan biasanya digunakan oksitosin, yaitu suatu hormon yang menyebabkan kontraksi rahim menjadi lebih kuat. Hormon ini diberikan melalui infus sehingga jumlah obat yang diberikan dapat diketahui secara pasti.
Selama induksi berlangsung, denyut jantung janin dipantau secara ketat dengan menggunakan alat pemantau elektronik.
Jika induksi tidak menyebabkan kemajuan dalam persalinan, maka dilakukan operasi sesar.

Pada augmentasi persalinan diberikan oksitosin sehingga kontraksi rahim bisa secara efektif mendorong janin melewati jalan lahir.
Tetapi jika persalinan masih dalam fase inisial (dimana serviks belum terlalu membuka dan kontraksi masih tidak teratur), lebih baik augmentasi ditunda dengan membiarkan ibu beristirahat dan berjalan-jalan.

Kadang terjadikontraksi yang terlalu kuat, terlalu sering atau terlalu kuat dan terlalu sering. Keadaan ini disebut kontraksi disfungsional hipertonik dan sulit untuk dikendalikan.
Jika hal ini terjadi akibat pemakaian oksitosin, maka pemberian oksitosin segera dihentikan. Diberikan obat pereda nyeri atau terbutalin maupun ritodrin untuk membantu menghentikan maupun memperlambat kontraksi.


Forseps & Ekstraktor Vakum

Forseps adalah alat bedah yang terbuat dari logam, bentuknya menyerupai tang, ujungnya bundar sesuai denga bentuk kepala janin.
Ekstraktor Vakum adalah suatu mangkuk kecil yang terbuat dari bahan yang menyerupai karet dan dihubungkan dengan sebuah vakum (ruang hampa udara), yang dimasukkan ke dalam vagina dan ditempelkan pada kepala janin.

Forseps kadang digunakan untuk membantu persalinan atau memandu kepala janin. Forseps perlu digunakan jika janin berada dalam keadaan gawat atau posisinya abnormal atau jika persalinan berlangsung lama (persalinan yang berlangsung lama kadang terjadi jika digunakan anestesi yang menyebabkan ibu tidak dapat mengedan secara adekuat).

Ekstraktor vakum adalah suatu alat yang menerapkan pemompaan pada kepala janin. Dengan alat ini, bayi ditarik keluar secara perlahan.

Pemakaian forseps bisa menyebabkan memar pada wajah bayi atau menyebabkan robekan pada vagina ibu; sedangkan ekstraktor vakum bisa menyebabkan robekan pada kulit kepala janian. Tetapi cedera tersebut jarang terjadi.

Operasi Sesar

Operasi Sesar adalah operasi untuk melahirkan/mengeluarkan bayi dari rahim ibu dengan cara membuat sayatan pada perut dan rahim ibu.

Operasi sesar biasanya dihadiri oleh dokter ahli kebidanan, ahli anestesi, perawat dan ahli neonatologi atau seseorang yang ahli dalam melakukan resusitasi.
Segera setelah menjalani operasi sesar, ibu dianjurkan untuk berjalan guna mencegah terjadinya emboli paru (penyumbatan arteri paru oleh bekuan darah yang berasal dari tungkai atau panggul).
Rasa nyeri yang timbul setelah operasi sesar lebih hebat dibandingkan dengan nyeri akibat persalinan melalui vagina.

Sayatan bisa dibuat di rahim bagian atas (insisi klasik) atau di rahim bagian bawah (insisi segmen bawah).

Insisi klasik digunakan hanya jika plasenta berada dalam posisi yang abnormal (plasenta previa) atau jika janin berada dalam posisi horisontal. Perdarahan yang terjadi lebih banyak karena rahim bagian atas lebih banyak mengandung pembuluh darah dan jaringan yang terbentuk lebih lemah sehingga kemungkinan akan terbuka pada kehamilan berikutnya.

Insisi segmen bawah bisa dibuat secara horisontal maupun vertikal, kebanyakan dibuat secara horisontal. Insisi vertikal biasanya dibuat jika janin berada dalam posisi yang abnormal.


No comments:

Post a Comment