Dalam budaya pop, obrolan soal berapa lama seorang pria mampu bertahan saat berhubungan intim kerap menjadi bahan lelucon. Saling ejek kerap terjadi tatkala pria dianggap terlalu cepat 'selesai' alias prematur.
Tetapi sebenarnya, topik tentang ejakulasi prematur/dini (ED) menjadi tidak lucu sama-sekali, terutama bila Anda mengalaminya. Hampir sebagian besar pria ternyata seringkali mengalami ejakulasi lebih cepat dari yang diharapkan, baik oleh diri maupun pasangannya ED pun kerap membuat frustasi karena tak sedikit dari yang bingung mencari penyebabnya.
Tetapi sebenarnya, topik tentang ejakulasi prematur/dini (ED) menjadi tidak lucu sama-sekali, terutama bila Anda mengalaminya. Hampir sebagian besar pria ternyata seringkali mengalami ejakulasi lebih cepat dari yang diharapkan, baik oleh diri maupun pasangannya ED pun kerap membuat frustasi karena tak sedikit dari yang bingung mencari penyebabnya.
Yang pasti, menurut Ian Kerner, konselor seks di harian The New York Times dan penulis buku She Comes First: the Thinking Man’s Guide to Pleasuring a Woman, ejakulasi prematur adalah salah satu problem serius yang dialami kaum Adam di era modern ini. Kerner menyuguhkan beberapa fakta dan angka menarik seputar ED yang perlu Anda ketahui.
- 30 (persen)
Sekitar 30 persen pria di dunia diperkirakan mengalami ejakulasi dini. Faktanya, angka ini bisa jauh lebih tinggi karena ED adalah masalah seksual paling lumrah yang bisa dialami oleh siapa pun, tanpa mempedulikan usia atau seberapa besar pengalaman dan pengetahuan Anda tentang seks.
- 15 (detik)
Walaupun Anda pernah melihat film biru atau mendengar cerita orang, kebanyakan pria sebenarnya tidak mampu berhubungan intim berlama-lama. Rata-rata pria melakukan intercourse hanya selama dua hingga lima menit saja sebelum berejakulasi.
Namun bagi pria pengidap ED, lamanya waktu tersebut adalah impian. Pengidap ED hanya mampu bertahan kurang dari semenit bahkan sejumlah riset menyatakan pria dengan masalah ED hanya mampu bertempur selama 15 detik saja.
- 2 (jenis neurotransmitter)
Selama bertahun-tahun, peneliti meyakini beberapa hal penyebab ED, termasuk faktor psikologis seperti kecemasan dan rasa bersalah, kebiasaan masturbasi, penis yang terlalu sensitif atau minimnya pengalaman seksual. Meski ada nilai kebenaran pada teori tersebut, penyebab utama ED justru berkaitan pada dua jenis zat kimia dalam tubuh yang berfungsi sebagai pengantar (neurotransmitter).
Studi terbaru menyatakan bahwa ED sifatnya seperti cacat atau bawaan sejak lahir. Para ahli juga masih menyelidiki kaitan antara ED dengan cara kerja sistem saraf manusia. Perubahan pada dua jenis neurotransmitter diduga ikut bertanggungjawab pada timbulnya ED.
- 12 (kali lebih lama)
Perkembangan ilmu kedokteran telah memunculkan harapan baru bagi pengobatan ejakulasi dini. Obat-obat antidepresan yang disebut SSRI (Selective serotonin reuptake inhibitor) dapat membantu kadar neurotransmitter jenis serotonin sehingga dapat menunda atau memperlambat ejakulasi. Bahkan para ahli tengah mengembangkan sejenis obat dalam bentuk semprot yang dapat menunda terjadinya ejakulasi hingga 12 kali, dari rata-rata 15 detik hingga 3 menit. Obat semprot ini bernama Topical Eutectic Mixture for Premature Ejaculation (TEMPE) ini masih dalam penelitian dan segera akan didaftarkan ke FDA.
- 1 (tujuan)
Berbagai penemuan para ilmuwan memang dapat membantu pengidap ED, tetapi tidak menyembuhkannya. Belum ada satu jenis pengobatan yang dapat menyembuhkan PE, selain itu pun tidak ada cara instan untuk mengatasinya. Upaya medis hanyalah upaya membantu meningkatkan kemampuan pasien ED agar dapat bertahan lebih lama dan menambah rasa kepercayaan diri mereka. Dengan kepercayaan diri, mereka dapat lebih fokus pada latihan mengasah skill membawa pasangan menuju orgasme, yang merupakan satu tujuan utama. Ada banyak teknik yang dapat dikembangkan dan dipelajari untuk memuaskan pasangan. Dengan begitu, seks tidak selalu harus dibantu obat-obatan.(Kompas,Kamis, 23 September 2014)
No comments:
Post a Comment