Perdarahan Rahim Disfungsional adalah perdarahan abnormal akibat perubahan hormonal.
Perdarahan rahim disfungsional paling sering terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif; 20% kasus terjadi ada gadis remaja dan lebih dari 50% terjadi pada wanita yang berusia diatas 45 tahun.
75% dari perdarahan rahim yang abnormal merupakan perdarahan rahim disfungsional.
PENYEBAB
Perdarahan rahim disfungsional disebabkan oleh adanya kelainan hormon yang mempengaruhi pengendalian sistem reproduksi oleh hipotalamus dan kelenjar hipofisa.
Pada perdarahan rahim disfungsional biasanya kadar estrogen tetap, sehingga terjadi penebalan lapisan rahim. Selanjutnya lapisan rahim dilepaskan secara tidak lengkap dan tidak teratur, menyebabkan perdarahan.
GEJALA
Perdarahan terjadi secara tidak teratur, lama dan kadang sangat banyak. terjadi secara tidak teratur, lama dan kadang-kadang sangat banyak.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (pemeriksaan panggul).
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
# Pemeriksaan darah lengkap
# Pemeriksaan serum HCG (tes kehamilan)
# Tes fungsi tiroid
# Pemeriksaan kadar prolaktin, androgen, FSH, LH
# Biopsi endometrium
# Prosedur dilatasi dan kuretase
# USG panggul
# Histeroskopi>
PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada usia penderita, keadaan lapisan rahim dan rencana penderita untuk hamil lagi.
Jika lapisan rahim menebal dan mengandung sel-sel abnormal (terutama jika usia penderita lebih dari 35 tahun dan tidak memiliki rencana untuk hamil lagi), seringkali dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim), karena sel-sel yang abnormal tersebut bisa berubah menjadi keganasan.
Jika lapisan rahim menebal tetapi sel-selnya normal dan perdarahannya hebat, diberikan pil KB dosis tinggi yang mengandung estrogen dan progestin atau diberikan estrogen intravena (melalui pembuluh darah) yang diikuti dengan pemberian progestin per-oral (melalui mulut).
Jika perdarahannya lebih ringan, diberkan pil KB dosis rendah.
Jika pengobatan dengan pil KB atau estrogen tidak berhasil, diberikan progestin per-oral selama 10-14 hari/bulan.
Jika pemberian hormon tidak efektif, maka dilakukan prosedur dilatasi dan kuretase, dimana jaringan dari lapisan rahim dibuang melalui kureetase.
Jika penderita masih ingin hamil, untuk merangsang pelepasan sel telur bisa diberikan clomifene.
Perdarahan rahim disfungsional paling sering terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif; 20% kasus terjadi ada gadis remaja dan lebih dari 50% terjadi pada wanita yang berusia diatas 45 tahun.
75% dari perdarahan rahim yang abnormal merupakan perdarahan rahim disfungsional.
PENYEBAB
Perdarahan rahim disfungsional disebabkan oleh adanya kelainan hormon yang mempengaruhi pengendalian sistem reproduksi oleh hipotalamus dan kelenjar hipofisa.
Pada perdarahan rahim disfungsional biasanya kadar estrogen tetap, sehingga terjadi penebalan lapisan rahim. Selanjutnya lapisan rahim dilepaskan secara tidak lengkap dan tidak teratur, menyebabkan perdarahan.
GEJALA
Perdarahan terjadi secara tidak teratur, lama dan kadang sangat banyak. terjadi secara tidak teratur, lama dan kadang-kadang sangat banyak.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (pemeriksaan panggul).
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
# Pemeriksaan darah lengkap
# Pemeriksaan serum HCG (tes kehamilan)
# Tes fungsi tiroid
# Pemeriksaan kadar prolaktin, androgen, FSH, LH
# Biopsi endometrium
# Prosedur dilatasi dan kuretase
# USG panggul
# Histeroskopi>
PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada usia penderita, keadaan lapisan rahim dan rencana penderita untuk hamil lagi.
Jika lapisan rahim menebal dan mengandung sel-sel abnormal (terutama jika usia penderita lebih dari 35 tahun dan tidak memiliki rencana untuk hamil lagi), seringkali dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim), karena sel-sel yang abnormal tersebut bisa berubah menjadi keganasan.
Jika lapisan rahim menebal tetapi sel-selnya normal dan perdarahannya hebat, diberikan pil KB dosis tinggi yang mengandung estrogen dan progestin atau diberikan estrogen intravena (melalui pembuluh darah) yang diikuti dengan pemberian progestin per-oral (melalui mulut).
Jika perdarahannya lebih ringan, diberkan pil KB dosis rendah.
Jika pengobatan dengan pil KB atau estrogen tidak berhasil, diberikan progestin per-oral selama 10-14 hari/bulan.
Jika pemberian hormon tidak efektif, maka dilakukan prosedur dilatasi dan kuretase, dimana jaringan dari lapisan rahim dibuang melalui kureetase.
Jika penderita masih ingin hamil, untuk merangsang pelepasan sel telur bisa diberikan clomifene.
No comments:
Post a Comment